Jumat, 19 Juni 2015

Inovasi Kurikulum

A.     Konsep, Jenis dan Strategi Inovasi
Kongres (1983) mengemukakan bahwa inovasi adalah "ide, praktik atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit penerimanya". Begitu juga Miles (1973) mengatakan "inovasi adalah sesuatu yang disengaja, baru, perubahan khusus yang dianggap lebih manjur untuk mewujudkan dari sebuah sistem". Dalam kamus Oxford menjelaskan bahwa inovasi adalah "memperkenalkan sesuatu yang baru atau perubahan dari apa yang ada sekarang, praktik baru atau perubahan terhadap mode yang telah ada".
Inovasi kurikulum adalah usaha melakukan pembaruan sistem kurikulum untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan inovasi kurikulum antara lain: (a) Lebih meratanya kesempatan belajar; (b) Ada keserasian antara kegiatan pembelajaran dengan tujuan kurikulum; (c) Implementasi kurikulum menjadi lebih efisien dan efektif; (d) Menghargai kebudayaan lokal/daerah; (e) Tumbuhnya sikap, minat belajar peserta didik; (f) Tersebarnya paket kurikulum yang menyenangkan semua pihak, mudah dicerna; (g) Terpenuhinya kebutuhan tenaga terdidik dan terlatih yang bermutu.
Adapun ciri-ciri utama suatu inovasi, yaitu:
a. Adanya suatu yang baru menurut persepsi yang menerima
b. Diciptakan secara sengaja
c. Bertujuan memperbaiki sistem yang sudah ada
d. Kebaikan dari inovasi itu dapat ditunjukan

Inovasi harus mengandung makna perbaikan terhadap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan termasuk menetapkan satu atau lebih kriteria kualitatif. Inovasi juga biasanya dilihat sebagai sesutu yang biasa dan bukannya menyusun kembali apa yang sudah ada kedalam pola-pola baru, dilain pihak perubahan meminta respon sedangkan kualifikasi memerlukan inisatif. Ciri-ciri yang dikemukakan di atas adalah ciri-ciri berdasarkan batasan atau pengertian inovasi karena dalam spektif yang berbeda tentu akan menunjukkan ciri yang berbeda.
Rogers (1983), misalnya, mengemukakan ciri-ciri inovasi,yaitu:
a.    Keuntungan relatif (relative advantage) adalah tingkat yang digunakan untuk mengukur apakah inovasi itu lebih baik dari gagasan sebelumnya atau tidak
b.    Kesepadanan (compability) tingkat sampai di mana suatu inovasi konsisten terhadap nilai-nilai yang ada, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kebutuhan-kebutuhan para opter yang potensial.
c.    Kompleksitas (complexity) adalah tingkat sampai di mana suatu inovasi dilihat sebagai hal yang sulit untuk dipahami dan digunakan
d.    Kemungkinan dapat dicoba (trialability) ialah tingkat sampai dimana kemungkinan suatu iniovasi dapat dicobakan pada batas-batas tertentu
e.    Kemungkinan dapat diamati (observability) adalah tingkat sampai dimana hasil dari suatu inovasi dapat diamati oleh orang lain.
Selanjutnya Khol dalam Colloway (1979) mengatakan, "sutu inopvasi mempunyai sifat yang dapat dipahami dengan jelas, dapat dikonsepsikan, dan mempunyai kegunaan empirik". Jika kita perhatikan ciri-ciri yang melekat pada inovasi, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi kurikulum di Indonesia didasarkan pada tiga hal, yaitu:
a.    Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b.    Tujuan inovasi kurikulum adalah untuk memperbaiki sistem kurikulum yang ada agar lebih baik lagi sehingga terasa manfaatnya bagi masyarakat pendidikan itu sendiri.
c.    Sebagai usaha untuk mencari pemecahan masalah.
Pelaksanaan inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pelaksana inovasi kurikulum itu sendiri.Dilihat dari hal itu, inovasi kurikulum dibagi dalam dua jenis, yaitu :
  1. Top-Down Innovation
Inovasi itu sengaja diciptakan oleh atasan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efesiensi, dan sebagainya.
Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan, dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya dan bawahannya tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya. Banyak contoh inovasi kurikulum "top-down inovation" yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia , antara lain :CBSA, guru pamong, sekolah kecil, sistem pengajaran modul, sistem belajar jarak jauh, dan lain-lain. Inovasi seperti ini akan berjalan dengan baik apabila pihak pembuat kebijakan, para innovator, dan administrator menuju sikap yang lebih baik.
  1. Buttom-Up Innovation
Inovasi ini dibuat berdasarkan ide, pikiran, kreasi, inisiatif sekolah, guru atau masyarakat.Jenis yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia karena sistem pendidikan yang ada cenderung bersifat sentralistis. Selanjutnya, Chin dan Benne dalam Kennedy (1987) mengemukakan tiga strategi inovasi, yaitu:

  1. Power coercive (strategi pemaksaan). Strategi pemaksaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide, dan keuntungan sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam menerapkan ide-ide dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran pencipta inovasinya.
  2. Rational empirical (strategi empirik-rasional). Asumsi dasar dalam strategi ini adalahbahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitannya dengan ini, inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Disekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi, bukan didasarkan dengan pengalaman guru tersebut.
  3. Normative-reducative (pendidikan yang berulang secara normatif). Strategi ini didasarkan kepada pemikiran para ahli pendidikan, seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya,dkk,1991) yang menekankan bagaimana memahami permasalahan pembaruan, seperti perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Misalnya, dalam pelaksanaan perbaikan sistem pembelajaran disekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan.
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar